Sungguh Hati yang Sanggat Mulia..''


Rabu, 16 Oktober 2013

Di pagi yang gelap gulita, aku dan sepeda tersayangku menuju hari yang baru. Seketika aku melihat bapak tua yang rumahnya sudah hampir rubuh dan dengan sepeda ontelnya, ia ingin berangkat sama seperti ku menuju hari yang baru. Ia seorang bapak yang ingin mengajar di SD letaknya di kota, sedangkan kota jauh dari rumahnya. Aku pun terus memperhatikan bapak itu.

Suatu ketika bapak itu menegurku.
" nak… sedang apa kau di depan pagar rumah ku?" kata bapak tua itu.
" maaf pak, saya penasaran, bapak sedang apa?"akupun menjawab pertanya bapak tua itu.
"oh... sini nak, masuk, bapak sedang membetulkan sepeda tua milik alm.ayah bapak"
"iya pak" aku menjawab dengan senyuman.
“kenapa di pagi yang masih gelap seperti ini kamu sudah keluar rumah nak"
"iya pak, saya ingin berangkat sekolah namun saya ingin lihat-lihat desa ini kalo sepagi ini pak, hitung-hitung aku olah raga pak, di Jakarta udaranya tak sejuk seperti ini"
"oh… kamu anak kota yang baru pindah kemarin yah nak?"
"iya pak, bapak sudah lama tinggal disini? anak dan istri bapak kemana?" rasa ingin tau ku tentang bapak ini pun semangkin kuat.
"iya nak, bapak sudah lama tinggal disini, selama bapak lahir disini, anak dan istri bapak sudah meninggalkan bapak nak, sudah 5 tahun yang lalu, bapak disini tinggal sendiri"
"maaf pak, aku membuat bapak sedih dengan pertanyaanku"
"tidak nak.. tak apa-apa. kamu katanya ingin berangkat sekolah nanti kamu terlambat slho'' bapak tua ini untung saja mengingatkan ku.
"hhehe.. iya pak hampir saja lupa, aku pamit ya pak, sepulangnya aku dari sekolah, aku kesini lagi ya pak?”
"iya nak, bapak tunggu"
"assalamu'alaikum pak?
"wa'alaikum salam nak, hati-hati yah di jalan?"

Setelah ku berbincang-bincang, aku pun kembali mengoes sepedaku menuju sekolah.
Waktunya pulang sekolah, aku capat-capat pulang dengan sepeda yang kencang untuk menuju rumah bapak tua itu, seketika sampainya aku di rumah bapak tua itu, ternyata bapak tua itu belum pulang. Aku pun menunggunya. Lima menit aku menunggu bapak tua itu pulang.
"hey nak, sudah lama kamu menunggu?" Tiba-tiba bapak tua itu datang dan menghampiriku.
"tidak pak," Jawabku.
"yasudah ayo masuk nak"
"baik pak"
"maaf ya nak, tadi bapak mengajar murid-murid bapak yang kurang mampu"
"oh, dimana pak?"
"di desa sebelah"
"wah, jauh dong pak, memang tidak lelah pak? kan sangat jauh dari rumah bapak, dan bapak hanya menggunakan sepeda tua ini?"
"tidak nak, rasa lelah bapak sudah terganti dengan semangat anak-anak yang tak ada menyerahnya untuk menuntut ilmu"
"sungguh mulainya bapak ini" ucapku dalam hati.
Tiba-tiba bapak ini bantuk dan tak ada henti-hentinya.
"pak, bapak kenapa?" aku pun segera menggambil teh hanggat.
"pak minum dulu,"
"terimakasih nak, bapak membuat kamu repot"
"tidak pak, bapak sakit apa?"
"hanya kecapekan saja nak"
"yasudah bapak istirahat saja, sebelumnya aku bolehtidak pak menjadikan bapak sebagai orang tua ku? aku disini tinggal bersama nenek dan kakek ku, kedua orang tua ku meninggalkan ku saat aku masih kecil"
"iya nak, kamu juga sudah bapak anggap seperti anak bapak sendri, sudah jangan bersedih bapak akan selalu ada untuk mu nak"
"sungguh pak? Terimakasih kasih ya pak< sudah menggapku seperti anak bapak sendiri. bapak disini istrahat yah pak, jangan lupa makan, aku pulang dulu pak, asslamualaikum pak"
"wa'alaikumsalam nak,"

Sudah seminggu aku pun menjadi murid barunya untuk pelajaran tambahan. Ke akraban pun seperti seorang anak dan ayah. Dan ketika aku sedang bercanda dan bercerita tiba-tiba bapak tua ini berpesan kepadaku "nak, sekarang kau lihat aku menjadi tua, tubuhku sudah tak sanggup lagi untuk berdiri tegap, mataku pun sudah tak bisa melihat dengan jelas, ilmu yang telah ku berikan kepadamu tetaplah kau kembangkan, aku tau ilmu ku tak sehebatmu nak, namun bapak berpesan kepadamu jangan mengeluh tentang harimu. Setiap harimu mungkin tak baik, namun percayalah ada sesuatu yg baik di setiap harimu"
aku pun binggung kenapa bapak bisa berkata itu?
"pak, bapak kenapa berkata seperti itu?"
"tidak nak, tidak apa-apa, bapak boleh minta tolong? buka pintu, ada yang ingin masuk" bapak tua itu pun tersnyum.
"siapa pak? kan tidak ada yang mengetuk pintu?"
"sudah nak, buka kan saja pintunya"
"tunggu sebentar yah pak" aku pun menuruti apa kata bapak itu.
"sudah pak…" aku pun terkejud, ternyata tamu yang datang adalah malaikat yang ingin menjeput bapak, sungguh aku tak bisa menahan air mata ini. Setalah aku bukakan pintu, entah mengapa bapak tua itu menghemmbuskan nafas terakhirnya. Kelopak mata yang sudah tertutup, dan seketika denyut nadi yang sudah berhenti berdetak. Aku pun segera menaiki sepeda dan memberi tau kan kepada RT setempat. Dan warga pun datang untuk membatu mengurusi pemakaman. Aku pun tak sanggup menahan air mata ini. Kata-kata motivasi dan perjuangan hidupnya suatu pengalaman yang sanggat berjuang untuk menciptakan generasi yang maju. Aku berjanji untuk bapak tua itu, suatu saat aku akan membanggun indonesia ini menjadi maju, dari ilmu yang beliau berikan dan tekat nya untuk menjadikan ku sebagai murid yang cerdas meski aku baru mengenal beliau.

0 komentar: